Friday, July 18, 2008

TRADISI EMAS

TRADISI EMAS
1 Jatim v Papua 0

SAMARINDA - Gelar juara umum Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII/2008 yang diraih Jatim benar-benar sempurna. Hal itu seiring dengan sukses tim sepak bola Jatim meraih medali emas setelah mengalahkan Papua 1-0 (1-0) pada partai final di Stadion Utama Palaran, Samarinda, kemarin (17/6).

Kemenangan tersebut mengukuhkan tradisi Jatim di cabang sepak bola. Dalam empat edisi PON terakhir, emas sepak bola berhasil diraih Jatim. Hanya, pada PON XVI/2004, Jatim harus ''berbagi emas'' dengan Papua karena kedua tim dinyatakan sebagai juara bersama.

Tidak seperti final empat tahun lalu yang berakhir ''damai'', laga Jatim kontra Papua kemarin benar-benar seru dan tuntas. Apalagi, kedua tim memiliki rekor perjalanan yang mentereng menuju final. Papua tak terkalahkan, sedangkan Jatim hanya sekali kalah menuju partai puncak (dari Papua Barat di babak enam besar, Red).

Duel menarik pun tersaji sejak awal pertandingan. Jatim memecah kebuntuan lewat gol yang dicetak Rendy Irwan pada menit ke-17. Itulah satu-satunya gol yang lahir di pertandingan itu sekaligus mengantar Jatim meraih emas.

''Kamilah juara sejati yang membawa pulang emas murni, bukan setengah emas,'' kata Aji Santoso, pelatih tim sepak bola Jatim, sesudah pertandingan. Pernyataan Aji merujuk pada ''insiden'' juara bersama yang diraih tim sepak bola Jatim dan Papua pada PON di Palembang empat tahun lalu.

Jatim memulai pertandingan dengan penuh percaya diri. Meski kehilangan striker andalan Dede Hugo Kunarko yang cedera sehari sebelum pertandingan, permainan Jatim di setiap lini tetap seimbang. Posisi Dede Hugo digantikan Jaya Teguh Angga yang menemani Harmoko sebagai duet penyerang.

Sejak awal pertandingan, Jatim lebih berani mengambil inisiatif menyerang. Rony Nurdiansyah dkk mampu mengendalikan tempo permainan. Papua yang terbiasa bermain cepat dari kaki ke kaki dipaksa ikut dalam ritme permainan Jatim yang sedikit lambat.

Setelah mencetak gol, permainan Jatim berkembang. Sementara Papua semakin tertekan dan beberapa kali gagal memanfaatkan peluang. Kondisi itu menyebabkan para pemain Papua frustrasi. Mereka mulai bermain kasar dan kurang sportif.

Satu kartu merah diberikan wasit Fiator Ambarita kepada pemain Papua Edison Ames di babak kedua. ''Anak-anak terpengaruh permainan lawan. Tapi, mereka sudah bekerja keras,'' kata Festus C. Yom, pelatih Papua

No comments: